Skip to main content

Hasil Budaya Zaman Batu Tua (Paleolitikum atau Paleolitik)

Zaman batu tua ini bertepatan dengan zaman neozoikum terutama pada akhir zaman tersier pada awal zaman quarter. Zaman batu tua berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman batu tua ini merupakan zaman yang sangat penting karena terkait dengan munculnya kehidupan baru, yaitu munculnya jenis manusia purba.

Perkembangan kebudayaan zaman batu tua berlangsung sangatpelan, hal ini terjadi karena keadaan alam yang masih liar dan labil. Pada masa ini, zaman glasial dan zaman interglasial datang silih berganti.

Hasil Budaya Zaman Batu Tua (Paleolitikum atau Paleolitik)

Zaman glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di kutub utara sehingga benua Eropa dan Amerika bagian utara tertutupi oleh es, sedangkan daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat bertahun-tahun. Permukaan air laut menjadi turun dengan disertai naiknya daratan di berbagai tempat karena adanya pergeseran bumi dan aktivitas gunung-gunung berapi memperluas lautan, maka muncullah Sunda Plat dan Sahul Plat di Indonesia.

Zaman Interglasial adalah zaman mencairnya lapisan es dikutub utara. Pada zaman ini ditandai dengan naiknya temperatur sehingga lapisan es di kutub utara mencair, hal ini mengakibatkan permukaan air laut naik dan terjadi banjir besar-besaran di berbagai tempat yang menyebabkan banyak daratan terpisah-pisah oleh lautan dan selat.

Alat-alat dari batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar karena teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat dari batu tersebut dibuat dengan membenturkan antara batu yang satu dengan batu yang lainnya.

Berdasarkan penemuan alat-alat paleolitikum dapat disimpulkan bahwa manusia pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka hidup berpindah-pindah atau nomaden. Alat-alat pada zaman paleolitikum pertama kali ditemukan pada tahun 1935 di Jawa oleh Von Koenigswald dan M.W.F. Tweedie.

Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.


#1 Kebudayaan Pacitan

Ciri utama kebudayaan Pacitan yaitu alat-alat dari batu yang berfungsi sebagai kapak dan memiliki bentuk tidak bertangkai atau kapak genggam. Alat-alat yang berasal dari kebudayaan Pacitan berhasil ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di Sungai Baksoko, desa Punung, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat ini berupa kapak genggam, yaitu kapak yang tidak memiliki tangkai yang digunakan dengan cara menggenggam, kapak perimbas (chooper), pahat genggam, kapak penetak, dan yang paling banyak ditemukan berupa alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).

Alat-alat batu itu berasal dari lapisan pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil). Alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada zaman pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil).

Alat serpih ini digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging, dan memotong ubi-ubian (seperti pisau pada masa sekarang). Alat serpih ini banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan, Timor, dan Sumatera Selatan.

Adapun kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Ciamis dan Sukabumi (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Awangbangkal (Kalimantan Selatan),  Bengkulu dan Lahat (Sumatra Selatan), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan), Flores, dan Timor. Hal tersebut membuktikan bahwa proses migrasi manusia purba memang menyebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia.

Berdasarkan penemuan yang telah ada maka dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai berikut.
  1. Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil).
  2. Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus yaitu Sinanthropus pekinensis, dan juga ditemukan alat-alat batu yang serupa dengan alat-alat batu dari Pacitan.
 

#2 Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan di Sidorejo dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur berupa kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).

Pada kebudayaan Ngandong juga ditemukan alat-alat yang berbahan dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut alat penusuk (belati), ujung tombak dengan gerjgaji pada kedua sisinya, alat pengorek umbi dan keladi, tanduk menjangan yang diruncingkan serta duri ikan pari yang digunakan sebagai mata tombak.

Alat-alat kebudayaan Ngandong ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang dan tanduk ini diteruskan pada zaman megalitikum dalam kehidupan di gua-gua, khususnya di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo.

Pendukung kebudayaan Ngandong, yaitu Homo soloensis dan Homo wajakensis dengan alasan sebagai berikut.
  1. Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo Soloensis.
  2. Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo wajakensis, yaitu pleistosen atas.
Demikian artikel tentang hasil budaya pada zaman batu tua (Paleolitikum atau paleolitik) ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan anda.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar